Sabtu, 06 Desember 2014

BIOGRAFI SUKANTO TANOTO

BIOGRAFI
SUKANTO TANOTO
(Tan Kang Hoo)
A.       Profil Sukanto Tanoto (Tan Kang Hoo)
             1.          Biodata
Nama Lengkap          : Sukanto Tanoto (Tan Kang Hoo)
Agama                      : Budha
Tempat Lahir            : Belawan, Meda, Sumatera Utara
Tanggal Lahir            : Minggu, 25 Desember 1949
Zodiac                       : Capricorn
Hobby                        : Mendengar Musik Klasik
Warga Negara          : Indonesia
             2.          Pendidikan
SD di Belawan (1960)
SMP di Medan (1963)
SMA di Medan (1966)
Indonesia Executive Management Program, Insead, Prancis (1980)
Harvard Business School, AS (1982)
Wharton Fellows Program (2001)
             3.          Karir
Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968)
Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972)
Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973)
Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976)
Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979)
Dirut PT Gunung Melayu (1980)
Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980)
Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985)
Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 – sekarang)
Chairman & CEO Raja Garuda Mas International (sekarang)
             4.          Organisasi:
Anggota Young Presiden’s Organization (YPO)
Anggota Mercantile Club
Anggota Hilton Executive Club
Anggota Indonesia Financial Executive Association (IFEA)
Anggota Canadian Pulp & Paper Association (CPPA)
Anggota World Presidents Organization (WPO)
Anggota Chief Executive Organization
Prince of Wales Business Leaders Forum
B.        BIOGRAFI
Pemilik nama asli Tan Kang Hoo ini lahir di Belawan, Medan pada tanggal 25 Desember 1949 dari sepasang perantau asal Putien, Provinsi Fujian di Tiongkok. Anak tertua dari tujuh bersaudara, Sukanto Tanoto dididik di sekolah berbahasa Mandarin dan tidak pernah belajar Bahasa Indonesia secara formal walaupun kini beliau sangat fasih berbahasa Indonesia. Pada tahun 1966, ketika beliau berumur 17 tahun, Sukanto Tanoto meninggalkan bangku sekolah menengah atas sebelum lulus untuk bergabung dengan ayahnya yang telah mengelola tiga perusahaan di Medan dan memasok suku cadang untuk perusahaan minyak dan gas.
Sukanto muda mengambil alih bisnis-bisnis ayahnya sebagai anak lelaki tertua di keluarga.Secara bertahap, Sukanto mendirikan bisnisnya sendiri dan memperluas bisnisnya dari hanya sekadar jual-beli sampai membangun jaringan pipa gas untuk perusahaan multinasional.Bisnis tersebut melesat pada tahun 1972 ketika terjadi krisis minyak, di mana harga minyak melonjak drastis akibat embargo minyak pertama kalinya oleh Timur Tengah.
Sukanto Tanoto adalah pendiri dari RGE (Royal Golden Eagle) dulu dikenal sebagai RGM pada tahun 1973, sebuah perusahaan global yang bergerak di sektor pengelolaan sumber daya alam dengan kantor yang berada di Singapura, Hong Kong, Jakarta, Beijing dan Nanjing. Beliau memulai bisnis pertamanya lebih dari 40 tahun yang lalu dengan memasok suku cadang untuk industri minyak dan konstruksi.Dia mengatur RGM memasuki bisnis kayu lapis, mengubah Indonesia dari pengekspor bahan mentah (kayu gelondongan) menjadi material yang bernilai tambah. 
Sebagai seorang pengusaha yang visioner, Sukanto Tanoto masuk ke bisnis kayu lapis pada tahun 1967. Dengan kesuksesannya di bisnis ini, beliau kemudian mendirikan bisnis lainnya, masih dalam bidang sumber daya alam, seperti kelapa sawit, kehutanan, pulp dan kertas serta pembangkit tenaga listrik.
Dari usaha awalnya yang sangat sederhana di Medan, Indonesia. RGE tumbuh menjadi suatu bisnis global dengan aset lebih dari 15 miliar U$$ Dolar, tenaga kerja lebih dari 50.000 karyawan dan pabrik di Tiongkok, Indonesia dan Brazil serta kantor penjualan di seluruh dunia. Bisnis ini meliputi empat area operasional: pulp dan kertas (APRIL – Asia Pacific Resources International Holding Ltd dan Asia Symbol), kelapa sawit (Asian Agri dan Apical), rayon dan pulp khusus (Sateri International) serta energi (Pacific Oil & Gas).
Sukanto Tanoto sangat yakin bahwa sebuah perusahaan hanya akan sukses apabila perusahaan tersebut merupakan korporasi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, filosofi yang menjadi pedoman RGE ini didasarkan pada pendekatan 3P (Triple Bottom Line), yakni orang (People), Planet, dan Profit, yang berarti berbagai operasi RGE harus "baik bagi masyarakat, baik untuk negara, dan baik untuk perusahaan".
Dengan demikian, seluruh kelompok bisnis dalam RGE beroperasi atas dasar pertumbuhan yang berkelanjutan di setiap sektor dan operasi.Seluruh kelompok bisnis itu bertujuan untuk mencapai produksi yang efisien dengan kualitas sangat baik, penghematan energi, dan beroperasi secara harmonis dengan lingkungan.
Pertumbuhan yang berkelanjutan berarti mengintegrasikan teknologi baru, ide-ide segar, perlindungan lingkungan, dan tanggung jawab sosial ke dalam semua operasi RGE untuk memastikan keberhasilan ekonomi jangka panjang. Hal ini juga berarti memiliki sumber daya manusia kelas dunia yang dipimpin oleh tim manajemen yang bekerja sama dalam lingkungan yang dinamis, multibudaya, dan global.
Dituntun oleh prinsip beliau bahwa seluruh bisnis harus dijalankan dengan sikap yang menjunjung tinggi prinsip “berguna bagi masyarakat, berguna bagi negara dan berguna bagi perusahaan”. Sukanto Tanoto menjamin bahwa setiap bisnis yang ia jalankan memiliki tanggung jawab lingkungan dan sosial dengan menjunjung tinggi dan menyatukan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ke dalam setiap bisnisnya.
Program CSR tersebut meliputi skema pelatihan pertanian terpadu yang telah mengubah hidup ribuan masyarakat di pedesaan menjadi petani yang mandiri dan berkelanjutan.Aktivitas pengembangan komunitas masyarakat termasuk program dukungan untuk mendirikan usaha kecil dan menengah, pelatihan kejuruan, masyarakat pertanian serat dan dukungan infrastruktur sosial.
Membangun di atas pondasi yang kuat, seluruh kelompok bisnis dalam RGE terus memanfaatkan keterampilan dan sumber daya mereka untuk mengkonsolidasikan posisi terkemuka di pasar yang paling menarik di dunia - dalam kerangka tata kelola perusahaan yang kuat.RGE percaya bahwa“tata kelola perusahaan yang baik sangat penting bagi perusahaan untuk menjadi sukses dan berkelanjutan.”
Masing-masing kelompok usaha RGE beroperasi secara independen dengan induk perusahaan sendiri, diatur oleh dewan direksi, dan mengawasi operasi dan strategi manajemen.Tujuan pengambilan keputusan dan akuntabilitas mendukung seluruh bisnis kami.Kualitas ini memastikan profesionalisme dan integritas tingkat tinggi di seluruh RGE.
Fokus RGE tetap pada memproduksi dan memberikan produk-produk hutan dan energi kelas dunia untuk terus menumbuhkan jumlah pelanggan di seluruh dunia.Visi mereka adalah “menjadi berbagai manufaktur berbasis sumber daya yang terkemuka di dunia dan dikelola dengan baik sehingga menjadi pemasok istimewa bagi pelanggan mereka serta pemimpin yang disukai karyawannya.”
Dengan keingintahuan intelektual yang kuat dan keteguhan untuk terus belajar, Sukanto Tanoto tidak hanya melanjutkan pendidikannya dengan mengambil kursus manajemen di sekolah bisnis terkemuka, seperti INSEAD, Harvard dan Wharton, tapi juga berkomitmen untuk menyediakan bantuan pendidikan, khususnya untuk masyarakat pedesaan.
Sukanto Tanoto juga aktif dalam kegiatan-kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan Filantropis.Kelompok usaha RGE memiliki komitmen jangka panjang untuk menjadi bagian dari struktur ekonomi dan sosial masyarakat, maka mereka tahu pentingnya memiliki dampak yang langsung dan abadi pada kesejahteraan sosial-ekonomi bagi orang-orang yang hidup dalam wilayah operasi mereka.Kelompok usaha RGE membangun kemitraan dengan warga setempat, menyediakan keterampilan pertanian, pelatihan kejuruan, dan bantuan ekonomi bagi mereka.Sementara menawarkan kesempatan kerja, program pun mendorong warga untuk memulai bisnis mereka sendiri, secara signifikan meningkatkan standar hidup mereka.
Bapak Sukanto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto berkeyakinan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh kehidupan yang baik dan menjadi anggota masyarakat yang produktif.  Salah satu hal utama yang diperlukan dalam mencapai kehidupan yang lebih baik adalah pendidikan.Namun demikian, pendidikan tidak dapat berjalan sendiri, melainkan harus didukung oleh pemberdayaan yang dapat memaksimalkan potensi ekonomi individu, rumah tangga dan komunitasnya.Selanjutnya, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat tersebut memerlukan dukungan dari lingkungan, baik berupa infrastruktur maupun berbagai fasilitas, sehingga masyarakat secara bersama-sama juga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Sukanto Tanoto adalah anggota dari sejumlah organisasi internasional, seperti INSEAD International Council, the Wharton Board of Overseers, the Wharton Executive Board for Asia dan berbagai organisasi lainnya yang bergerak di bidang pendidikan, komunitas dan industri. Beliau juga mendapatkan Wharton School Dean’s Medal Award, dengan kiprahnya sebagai individu yang berkontribusi dalam membesarkan ekonomi global dan peningkatan taraf hidup masyarakat di dunia. Sebelumnya, penerima penghargaan bergengsi ini termasuk para kepala negara, pemenang Nobel Prize, pendiri dan CEO dari berbagai perusahaan terkemuka.
Ia berhasil membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan pulp dan kertas di Asia yang masuk ke dalam Bursa Efek New York. Hal tersebut adalah satu pencapaian yang sangat luar biasa sekali.Tidak banyak pengusaha yang mampu menembuskan bisnis mereka ke bursa saham di Amerika Serikat tersebut.
Perusahaannya menjadi sangat besar dan mulai merentangkan sayapnya untuk merengkuh bisnis-bisnis lainnya yang masih berhubungan dengan bisnis perusahaannya yang sekarang.Kertas, minyak sawit, konstruksi dan energi adalah beberapa hal yang menjadi bisnis darinya pada saat sekarang ini.
Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya memimpin beberapa perusahaan miliknya.
Kehidupan masa kecil yang diskriminatif terhadap ras yang mengalir di tubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan haknya. Perjalanannya sebagai seorang pembisnis pun tidak langsung berada di garis yang paling atas. Ia memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun secara dramatis, ia mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari krisis yang terjadi di Indonesia.
Pada tahun 2008, versi majalah Forbes ia memasuki urutan ke 284 sebagai orang terkaya di dunia karena memiliki kekayaan sebesar US$ 3.8 trilyun. Hal ini sungguh pencapaian yang sangat bagus sekali. Usaha yang telah dan masih akan dijalankan oleh Tanoto sanggup membawanya ke kesuksesan yang lebih tinggi lagi.
C.        Perjalanan Sukanto Tanoto
             1.          Awal-awal Tahun
Di Indonesia, Sukanto membuka bisnis pertamanya di Kerinci, Riau pada tahun 1993, Riau Andalan  Pulp and Paper yang memasuki pasar untuk produksi pulp komersial pada 1995 dan produksi kertas komersial pada 1998.Dalam waktu 20 tahun sejak saat itu, Sukanto telah memperluas perusahaannya menjadi sebuah konglomerasi  yang besar.Bisnis pulp dan kertas-nya bergabung di bawah Asia Pacific Resources International Limited (April), sebuah perusahaan manajemen berbasis di Singapura.
April mengelola kompleks manufaktur seluas 1.750 hektar di Kerinci, salah satu pabrik pulp dan kertas terbesar di dunia, mampu memproduksi sekitar 2,8 juta ton pulp dan 820.000 ton kertas per tahun.Salah satu produknya adalah PaperOne, lini produk kertas kantor yang kini dijual di lebih dari 75 negara.
Dalam kunjungannya ke Taiwan, Sukanto Tanoto menyadari bahwa Indonesia mengekspor kayu log untuk diubah menjadi kayu lapis dan kemudian mengimpor produk jadinya dengan harga yang lebih tinggi. Sukanto Tanoto yakin bahwa dia bisa memproses kayu log secara lokal. Pada tahun 1973, Sukanto Tanoto mendirikan RGM dan dan mulai memasuki bisnis kayu lapis setelah ia berhasil meyakinkan pemerintah untuk memberikan izin dalam pendirian pabrik kayu lapis. Pabrik tersebut rampung dalam waktu 10 bulan, empat bulan lebih cepat dari jadwal semula.
Dengan kesuksesan dan reputasinya yang menanjak sebagai seseorang yang bisa bekerja dan menuai hasil, Pemerintah Indonesia, yang saat itu memiliki fokus pada pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor kelapa sawit, meminta Sukanto Tanoto untuk bergabung dalam industri kelapa sawit di mana dia berhasil dengan cepat mendirikan pabrik yang terintegrasi mulai dari perkebunan sampai dengan kilang penyulingan.
Seiring pertumbuhan bisnis Sukanto Tanoto, beliau dan istrinya mulai fokus pada -manfaat sosial dari setiap bisnisnya, seperti mendirikan taman kanak-kanak dan sekolah, awalnya untuk karyawan namun seiring berjalannya waktu, dibangun juga untuk komunitas sekitar di mana perusahaan tersebut beroperasi.
             2.          Pertumbuhan Bisnis
Bisnis Sukanto Tanoto berikutnya dimulai pada tahun 1988 ketika dia mendirikan perkebunan dan pabrik dekat Danau Toba di Sumatra, Indonesia untuk memproduksi pulp, kertas dan bubur pulp.
Hal ini diikuti dengan pendirian APRIL (Asia Pacific Resources International Limited) pada tahun 1994, sebuah bisnis pulp dan kertas milik Sukanto Tanoto di Kerinci, Sumatra, Indonesia.
Pada tahun 1995, produksi komersial kertas telah dimulai dan dua tahun kemudian, pembangunan pabrik pulp kedua telah dijalankan.Seiring dengan ekspansi bisnisnya, Sukanto Tanoto sadar jika dia ingin menjadi pemain global, dia harus mahir berbahasa Inggris. Keinginan ini memotivasi beliau untuk belajar Bahasa Inggris kata demi kata, menggunakan kamus Bahasa Mandarin – Bahasa Inggris sambil membaca tiga majalah, Life, Reader’s Digest dan Newsweek.
Pada tahun 2001, Sukanto Tanoto dan keluarganya mendirikan Tanoto Foundation untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan pencapaian manusia.Bekerja di sektor pendidikan, pelayanan kesehatan dan penanggulangan bencana bencana alam, Tanoto Foundation menyediakan beasiswa kepada murid dan honorarium kepada para guru, dan turut mendirikan sekolah serta mendistribusikan perlengkapan dan buku sekolah.Tanoto Foundation juga menyediakan pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan bantuan tanggap-cepat (rapid-response) untuk penanggulangan gempa bumi dan bencana alam lainnya.
Tanoto Foundation adalah organisasi non profit yang menekankan pemberian kembali kepada masyarakat yang kurang beruntung dan mengurangi kemiskinan. Tanoto Foundation aktif beroperasi di Indonesia, Tiongkok, Singapura dan Amerika Serikat.
Melalui Tanoto Foundation-nya, Sukanto Tanoto mendukung berbagai penyebab sosial. Bersama dengan istrinya, Tinah Bingei Tanoto, Sukanto Tanoto bekerja keras untuk mengatasi masalah penting yang dihadapi individu yang hidup dalam masyarakat yang tak terlayani.Inilah kisah Sukanto Tanoto.[1]
             3.          Krisis Keuangan Asia
Pada tahun 1997, bisnis milik Sukanto Tanoto, seperti juga dengan bisnis lain di Asia, terkena dampak dari krisis keuangan Asia. Ini adalah krisis keuangan yang sangat parah, ditunjukkan dengan bangkrutnya banyak perusahaan, penutupan bank dan melemahnya pemerintahan serta pemberhentian ribuan karyawan dari banyak perusahaannya.
Demikian pula dengan APRIL, pabrik tersebut tidak dapat berjalan secara maksimal salah satunya karena pinjaman yang meningkat sebesar 50% akibat fluktuasi mata uang yang melonjak.Untuk menjalankan kembali pabriknya, Sukanto Tanoto menjual beberapa aset dan mengatur kembali pinjamannya.Tidak seperti para pengusaha kebanyakan, Sukanto Tanoto tetap menjalankan kewajiban-kewajibannya dan memenuhi komitmen finansial tanpa menerima bantuan atau potongan apapun.
Salah satu pelajaran berharga yang beliau pelajari dari krisis keuangan Asia adalah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR).“Kalian harus terus memperhatikan masyarakat sekitar, tidak hanya para karyawan, tapi juga komunitas,” jelasnya.“Hal ini tidak terbatas pada mendidik masyarakat dengan membangun sekolah.Masyarakat harus makan, mereka harus bertahan hidup.Jadi ketika Pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, para pengusaha harus masuk untuk segera memenuhi kebutuhan tersebut.Kalian harus mengoperasikan perusahaan dengan prinsip menjadi berguna bagi orang banyak, berguna bagi komunitas dan berguna bagi perusahaan.Kalian harus memiliki tiga prinsip tersebut atau bisnis kalian akan hancur.”
Karena parahnya krisis tersebut, APRIL mendirikan komite pertumbuhan komunitas dan memulai program yang kini menjadi sangat sukses dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak.Skema Pertanian Terpadu mengajarkan masyarakat pedesaan bagaimana bertani secara berkelanjutan.Program ini menyatukan hortikultura dengan beternak hewan, perikanan, pengomposan dan daur ulang.Para petani diberikan modal awal seperti hewan ternak, ikan dan benih serta pelatihan yang memadai untuk menghindari sistem pertanian yang bersifat destruktif seperti tebang dan bakar (slash and burn), serta pelatihan untuk meningkatkan pemasukan mereka.
             4.          Melanjutkan Pertumbuhan Bisnis
Setelah krisis keuangan mereda, Sukanto Tanoto merampungkan pabrik APRIL di Kerinci dan melihat kesempatan lainnya.Milenium yang baru melihat adanya pergerakan pada sektor sumber daya energi yang ditunjukkan dengan pendirian Pacific Oil & Gas (PO&G).Operasi pertamanya mencakup produksi dan eksplorasi minyak sepanjang pesisir Sumatra, Indonesia. Saat ini, operasinya mencakup pengembangan ladang gas alami di Indonesia, termasuk terminal LNG dan pembangkit listrik Combined Cycle Gas Turbine berskala besar di Tiongkok.
Pada tahun 2003, Sukanto Tanoto mengakuisisi dua perusahaan di Brazil, pabrik pengolahan pulp dan perusahaan perkebunan. Dengan mengintegrasikan operasi mereka dan membangun pabrik serat pokok viscose pertama yang dimiliki orang asing di Jiujiang, Tiongkok, Sukanto Tanoto dalam waktu bersamaan mendirikan Sateri Holdings Limited sebagai perusahaan baru yang bergerak di industri selulosa. Pengelolaan bubur pulp kayu dan serat viscose diproduksi dari perkebunan yang dapat diperbarui dan berkelanjutan.
Hasilnya dapat digunakan untuk berbagai pilihan produk dari kosmetik, makanan, tekstil, tisu wajah dan bayi, popok, obat-obatan, pasta gigi, deterjen, sampo dan cat.Pada tahun 2008, perusahaan telah menggandakan kapasitas pabrik di Brazil menjadi 465.000 ton bubur pulp kayu dan mengekspansi produknya sehingga menjadikan Sateri sebagai pemasok bubuk pulp kayu yang sangat luas di industri ini.
Di Tiongkok, Sukanto Tanoto memperluas jaringan bisnisnya dengan mengakuisisi 90% SSYMB, pabrik pulp dan kertas karton di Rizhao dan menyatukannya dengan APRIL.Hasilnya, kapasitas pabrik telah meningkat menjadi lebih dari satu juta ton pulp dari perkebunan yang didirikan untuk menyediakan serat.Dengan bisnis yang terus berkembang, Sukanto Tanoto semakin fokus menjalankan CSR dan filantropi, menyadari bahwa CSR ini perlu dilanjutkan dengan lebih strategis lagi agar dapat tetap efektif.
Demikian biografi Sukanto Tanoto salah seorang wirausahawan sekaligus pengusaha yang telah berhasil menciptakan sumber daya manusia, sumber daya modal, dan sumber produksi dari bahan mentah menjadi bahan jadi.
Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar