MAKALAH
PENDEKATAN
DAN TEKNIK BIMBINGAN KONSELING
Diajukan untuk memenuhi tugas Kelompok pada Mata Kuliah
”BIMBINGAN DAN KONSELING”
Dosen Mata Kuliah : Drs. Emon, Mpd.I
Di Susun Oleh :
1. Arif rahman
aziz
2. Arohman
3. Eis Komala
Ns
4. Eka
setianti
5.
Fariz himami
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
MIFTAHUL
HUDA SUBANG
2013
KATA PENGANTAR
Tidak ada
seuntai kata yang patut di ucapkan oleh seorang hamba-Nya yang Dhaif, kecuali
ucapan syukur kepada dzat yang Maha pencipta serta pemberi hikmah kepada seluruh
hamba-Nya. Khususnya pada kami selaku penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam semoga masih tetap tercurahkan kepada
baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa sahabat, serta umatnya
kejalan yang terang benderang.
Makalah
ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah BIMBINGAN KONSELING
dengan tema“ PENDEKATAN DAN TEKNIK BIMBINGAN KONSELING “. Kami
menyadari akan kekurangan dari makalah ini. Karena “Tak ada gading yang
tak retak”. Dan Kami sadar sebagai manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
Demikian
juga dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak hal yang harus diperbaiki,
untuk itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan untuk lebih meningkatkan
kemampuan belajar kami.
Akhir
kata kami ucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, Aamiin.
Subang, 11 desember 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………
1
- Latar
Belakang ……………………………………………………… 1
- Rumusan
Masalah ……………………………………………………… 1
- Tujuan
penulisan ……………………………………………………… 1
- Metode
Pengumpulan Data ………………………………… 1
BAB II
PEMBAHASAN ……………………………………………………... 2
- pengertian
Bimbingan dan Konseling …………………………… 2
- Pendekatan
Dalam Bimbingan dan Konseling ..…..………...... 2
- Teknik
- Teknik Bimbingan dan Konseling …………………... 9
- Manfaat
Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling ……… 11
BAB III PENUTUP ..………..………..………………………… 12
A. Kesimpulan ……………….…………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat
secara langsung maupun tidak. Bimbingan
dan konseling memberikan sebuah upaya untuk mereka agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapi, melalui cara pengembangan potensi ataupun cara lainnya.
Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa ragam pendekatan dan
teknik antara konselor dengan klien. Pendekatan dan teknik inilah yang dapat
terlihat lebih membantu bimbingan konseling tersebut dalam upaya memecahkan
masalah-masalah kliennya.
Beradasarkan
latar belakang permasalahan yang sering dihadapi olehs eorang pembimbing maupun
konselor, Maka penulis akan menjelaskan beberapa pendekatan dan teknik yang bisa
pembimbing maupun konselor gunakan dalam menangani permasalahan – permasalahan tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah di dalam
penyajian makalah ini yaitu :
1.
Apakah pengertian
bimbingan dan konseling?
2.
Pendekatan apa saja
yang ada dalam bimbingan dan konseling?
3.
Teknik – teknik apa
yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
4.
Apa manfaat
pendekatan teknik bimbingan dan konseling?
C. TujuanPenulisan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Memahami pengertian bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui pendekatan dalam bimbingan
dan konseling.
3. Mengetahui teknik – teknik dalam
bimbingan dan konseling.
4. Mengetahui manfaat pendekatan teknik
dalam bimbingan dan konseling.
D.
Metode Pengumpulan
Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah
ini yaitu dilakukan dengan mengambil referensi dari buku bimbingan dan
konseling juga bersumber dari internet
dengan cara browsing.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Sedangkan konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien (Prayitno, 2004:105).
Berdasarkan
pengertian yang sudah dipaparkan maka bimbingan dan konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face)
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana
yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya
sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat
merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.[[1]]
B.
Pendekatan Dalam Bimbingan Dan Konseling
Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan
mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau
mendekatkan.[[2]] Jadi Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga
klien mau menceritakan masalahnya.
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling ada beberapa
pendekatan yang biasa
digunakan. Antara
lain yaitu :
1. Pendekatan
Psikologis
Sebagai mahluk yang diciptakan oleh tuhan ,anak bimbing
harus dipandang menurut teori homoiestetis
(mekanisme keseimbangan antara berbagai unsur potensi), yakni sebagai
manusia ia harus bertumbuh dan berkembang dalam fisik dan mental dalam pola
keseimbangan dan keserasian.
Antara
kehidupan jasmaniah dan rohaniah saling mempengaruhi satu sama lain secara
seimbang dan selaras sehingga menjadikan dirinya manusia dewasa yang sehat dan
sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu, pembimbing hendaknya melihat segi
sebagai titik tolak memberikan bantuan kepada
anak bimbing.[[3]]
Jadi
dengan kata lain pendekatan psikologis tersebut hendaknya ditujukan pada usaha pengembangan individual anak
bimbing kearah kesehatan rohaniah sehingga akan berakhir dengan terbentuknya
keperibadian yang bulat dan sehat. Dalam kepribadian yang demikian itulah,
nilai – nilai agama kita akan berkembang menjadi kekuatan pengendali terhadap
segala bentuk tingkah lakunya sesari- hari, terutama terhadap dorongan nafsu
rendah.
2. Pendekatan
Sosiologis
Anak bimbing bukan saja sebagai mahluk individual yang
harus dibimbing agar menjadi manusia yang sadar akan kemampuan individualnya. Melainkan juga
sebagai mahluk sosial yang mampu mengembangkan dirinya sebagai anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan yang sehat jasmani dan rohani. Sebagai
mahluk yang bermasyarakat atau (homososius).][4]]
Suatu
tuntutan sosial untuk hidup diatas rasa solidaritas sosial, tanggung jawab
sosial, dan rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk, maju mundurnya
hidup bermasyarakat adalah menjadi faktor motivasi dalam kegiatan bimbingan dan
konsling karena dengan demikian maka proses sosialisasi anak bimbing yang
dilandasi nilai-nilai keimanan dan takwa, akan mampu membentuk sikap dan mental.
3. Pendekatan
Kependidikan (Paedagogis)
Sistem pendekatan kependidikan (Paedagogis) yang
memandang manusia sebagai mahluk yang harus di didik (homo endocandum). Karena
potensi kejiwaan yang memiliki kemungkinan berkembang kearah kematangan perlu
pendidikan yang tepat.
Tanpa di bimbing, potensi kejiwaan
tersebut tidak akan sampai pada titik optimal perkembanganya yang menguntungkan
diri anak bimbing.
4. Pendekatan Direktif
Pendekatan
ini bertolak dari asumsi bahwa manusia merupakan makhluk rasional dan memiliki
potensi-potensi yang bisa dikembangkan ke arah positif atau negatif. Manusia
dipandang tidak akan bisa berkembang secara otonom, melainkan butuh pertolongan
orang lain agar dapat mencapai batas kemampuannya secara penuh.
Menurut
pendekatan ini hakikat
kecemasan seseorang adalah ketidak-pastian tentang cara menggunakan
potensi-potensinya. Tujuanpendekatan konseling ini adalah menolong individu untuk secara
bertahap dan pelan-pelan semakin memahami dan semakin terampil mengatur dirinya
sendiri. biasanya menggunakan teknik mengubah lingkungan, memilih lingkungan, mengajarkan
aneka keterampilan yang diperlukan, dan mengubah sikapdengan melakukan berbagai macam tes dan alat ukur lain.
Riwayat
hidup konseli perlu diungkap agar konseling dapat dilaksanakan. Dengan cara mendiagnosis
dan prognosis. Pendekatan direktif ini biasanya cocok
dipakai terhadap klien-klien ‘Normal’
yang butuh pertolongan agar merasa siap menghadapi aneka
tuntutan penyesuaian sebelum berkembang konflik-konflik di dalam dirinya. Dalam
pendekatan ini si konselor harus berperan aktif.
5. Pendekatan
Non-Direktif
Pendekatan
ini semula dikembangkan oleh Carl Rogers. Dewasa ini, pendekatan ini disebut
sebagai konseling yang berpusat pada klien. Asumsi dasar yang melandasi pendekatan
ini adalah bahwa manusia pada dasarnya rasional, baik, dapat dipercaya, bergerak
ke arah aktualisasi diri, sehat, realisasi diri, bebas, dan otonomi.
Permasalahan yang dihadapi
dalam pendekatan ini
yaitu konseli merasa cemas sebab terjadi ketidak seimbangan
antara konsep dirinya dan pengalamannya. Dalam pendekatan ini, teknik konselingnya dipusatkan pada si
konseli, bukan pada masalahnya. Cara konselor menanganinya
yaitu dengan menunjukkan sikap-sikap
kongruensi, empati, dan ketulusan tanpa syarat pada
kliennya.
Seorang
konselor Non-direktif bertindak sejenis katalisator. Ia berbicara sangat
sedikit, sebaliknya menggunakan sebagian besar waktunya untuk mendengarkan dan
menunggu. Selain itu peran konselor adalah sebagai
fasilitator dan reflektor. Tugasnya adalah menolong konseli memahami dirinya,
menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan
sikap-sikap yang dinyatakan konseli. Konselor berusaha menciptakan iklim di
mana konseli mampu melakukan perubahan di dalam dirinya.
Adapun tujuan pendekatan Non-direktif ada beberapa macam.Yaitu:
a.
Membebaskan klien dari
berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.
b.
Menumbuhkan kepercayaan pada
diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik bagi
dirinya tanpa merugikan orang lain.
c.
Memberikan kesempatan kepada
klien untuk mempercayai orang lain dan siap menerima pengalaman orang lain yang
bermanfaat baginya.
d.
Memberikan kesadaran kepada
klien bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu lingkungan sosial budaya yang
luas.
e.
Menumbuhkan keyakinan pada klien
bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (process of becoming).[[5]]
Dalam pendekatan ini ada beberapa kebaikan dan kelemahan. Adapun
kebaikan - kebaikan pendekatan Non-Direktif akan membantu jika :
a. Klien mengalami kesukaran emosional dan tidak dapat menganalisis
secara raional dan logis.
b. Konselor memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menangkap
penghayatan emosi dalam mengungkapkan masalah dari klien dan memantulkan
kembali kepada klien dalam bahasa dan tindakan yang sesuai.
c. Pendekatan ini sangat baik digunakan jika klien memiliki
kemampuan untuk merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiran-pikirannya
secara verbal. dll
Adapun kelemahan dalam pendekatan
Non-Direktif yaitu meliputi :
a. Pendekatan ini menyita banyak waktu bila wawancara konseling
tidak terarah.
b. Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan secara
verbal seluruh permasalahannya sangat terbatas.
c. Kesukaran-kesukaran klien dalam menerima dan memahami diri
sendiri.
d. Pendekatan ini menuntut sifat dan sikap kedewasaan dari
klien.
e. Kesukaran-kesukaran konselor dalam aspek klinis sering
merupakan masalah, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologis.[[6]]
6. Pendekatan
Rasional-Emotif
Teori Konseling
Rasional Emotif dalam istilah lain
dikenal dengan "rasional-emotif therapy" yang dikembangkan
oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Clinikal Psychology (Psikologi
klinis).
Tujuan dari RET
Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis
tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor berusaha agar klien makin
menyadari pikiran dan ucapannya
sendiri, serta
mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat
yang lebih realistis dan rasional.[[7]]
Pendekatan ini
sangat ideal apabila diterapkan di sekolah. Guru melalui
mata pelajaran yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan
pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhi para siswanya untuk segera
meninggalkan tindakan, pikiran, dan perasaan yang tidak rasional.[[8]]
Ciri-ciri
konseling Rasional-Emotif dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Dalam menelusuri masalah klien yang
dibantunya, konselor berperan lebih aktif dibandingkan dengan klien.
b. Dalam proses hubungan konseling
harus diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien.
c. Tercipta dan terpeliharanya hubungan
baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara
berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
d. Dalam proses hubungan konseling,
konselor tidak terlalu banyak menelusuri kehidupan masa lampau klien.
e. Diagnosis (rumusan masalah) yang
dilakukan dengan konseling rasional-emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan
pola pikir dari klien.
7. Pendekatan
Analisis Transaksional
Prinsip-prinsip
yang dikembangkan melalui analisis transaksional diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian disusul dengan pembahasan yang
mendalam di depan Regional Meeting of The American Group Psychotherapy
Association di Los Angeles, bulan November 1957, yang berjudul: "Transactional
Analysis: A New and EffectiveMethod Group Therapy".
Prinsip-prinsip
yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya
untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri,
pemikiran yang logis,
rasional, tujuan-tujuan realistis, berkomunikasi terbuka, wajar dan pemah dalam
berhubungan dengan orang lain.
Tujuan pendekatan
Analisis Transaksional
diantaranya yaitu :
a. Konselor membantu klien
yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan.
b. Konselor
berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua
status egonya yang cocok.
c. Konselor
berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya.
Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran
individu.
d. Tujuan terakhir
dari konseling adalah membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi
hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang
lebih produktif.[[9]]
Secara historis
analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang
dipergunakan dalam konseling atau terapi kelompok, tetapi kini telah
dipergunakan pula secara meluas dalam konseling atau terapi individual.[[10]]
8. Pendekatan Klinikal
Konseling Klinikal berkembang diawali dari konsep konseling
jabatan (vocational counseling), yang
menitik beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan (vocational). Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan
diperkenalkan oleh Frank Parson (1909) yang menekankan kepada tiga aspek
penting, yaitu :
a. Pemahaman yang jelas tentang
potensi-potensi yang dimiliki individu termasuk di dalamnya ialah tentang
bakat, minat, kecakapan, kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya.
b. Pengetahuan tentang syarat, kondisi,
kesempatan dan tentang prospek dari berbagai jenis pekerjaan atau karir.
c. Penyesuaian yang tepat antara kedua
aspek tersebut.
Istilah
klinikal maupun konseling klinikal merupakan kerangka acuan kerja, yang
mendasarkan pada konsep bahwa konselor bukanlah semata-mata penata dan
pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi
seutuhnya. Jadi, ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan
tertentu tentang hakikat manusia.[[11]]
Adapun tujuan Konseling Klinikal yaitu
:
a. Membantu siswa yang menghadapi
masalah yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan cara, konselor
harus memahami dengan seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi
oleh siswa.
b. Membantu siswa mempelajari,
memahami, dan menghayati dirinya sendiri serta lingkungannya, serta melancarkan
terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita-cita dan
penemuan identitas diri.
c. Agar individu mampu belajar melihat
dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan
potensi-potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Untuk mencapai tujuan
ini, pola hubungan yang penuh dengan keakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut
merasakan apa yang dirasakan orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan
konseling.[[12]]
Berdasarkan tujuan tersebut, maka
ada langkah – langkah dalam pendekatan Klinikal. Diantaranya :
a. Langkah Diagnosis I yaitu konselor
berusaha mengumpulkan dari berbagai sumber dan berbagai pihak yang diduga ada
relevansinya dengan masalah yang dihadapi siswa.
b. Langkah Sintesis ialah suatu langkah
untuk membuat suatu rangkuman data, sehingga tampak jelas hal-hal unik yang
berhubungan dengan masalah siswa.
c. Langkah Diagnosis II yaitu kegiatan
untuk menyusun gambaran kondisi siswa. Dengan tersusunnya gambaran kondisi
sehingga tampak dengan jelas masalah apa yang sedang dialami siswa dan
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut.
d. Langkah Prognosis adalah suatu usaha
untuk memilih alternatif tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi
sendiri masalahnya.
e. Langkah Treatment atau penyembuhan
adalah pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa.
f. Langkah Follow Up (lanjutan) ialah
membantu siswa melaksanakan rerncana tindakan langkah awal sampai terakhir
sedangkan klien itu sendiri kelihatan aktif pada waktu terjadi hubungan
wawancara konseling saja.[[13]]
C.
Teknik – Teknik Bimbingan dan Konseling
Teknik adalah
cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan
ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir. Jadi, teknik Bimbingan dan
Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan
atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan
potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan
tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Pada umumnya
teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu
pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual
(Individual Guidance Counseling).
1. Bimbingan
Kelompok (Group Guidance)
Tehnik ini
dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan
masalah-masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh
kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota
kelompok.
Tehnik ini membawa keuntungan pada diri murid. Diantaranya :
a. Menghemat waktu
dan tenaga.
b. Menciptakan
kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang
memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau
masalah pribadi-social.
c. Menyadarkan
siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya, sehingga
mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi kenyataan itu bersama-sama dan
saling mendiskusikannya.
Ada beberapa
teknik dalam bimbingan kelompok, seperti:
a. Home Room Programe
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya
secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan
antara guru dengan murid diluar jam pelajaran.
b. Karyawisata
atau Field Trip
Kegiatan rekreasi yang dikemas denga metode mengajar
untuk bimbingan kelompok dengan tujuan siswa dapat memperoleh penyesuaian dalam
kelompok untuk dapat berkerjasama dan
penuh tanggung jawab.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid
akan mendapat
kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Dalam diskusi dapat tertanam
pula rasa tanggung
jawab dan harga
diri.
d. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam
bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk
berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Tehnik sosiometri dapat banyak menolong
dalam pembentukan kelompok.
e. Organisasi Murid
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun
dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual
maupun kelompok dapa diseleseikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan
untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan sosial.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan
masalah-masalah sosial
melalui
kegiatan bermain peran.
g. Psikodrama
Psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah
psychis yang
dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau
ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari.
h. Remedial Teaching
Bentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali,
latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu.Hal ini tergantung dari jenis
dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
2. Individual
Guidance Counseling (Bimbingan Konseling Individu)
Bimbingan
konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat
layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya. Dalam konseling
ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Dengan sikap ini
klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat
membantu keberhasilan konseling.
Beberapa Masalah yang biasanya
terdapat dalam individual
guidance counseling diantaranya
yaitu :
a. Masalah-maslah
yang sifatnya pribadi.
b. Dilakukan
dengan face to Face relation
ship.
c. Metode
wawancara antara konselor dab kasus.
d. Konselor harus
bersikap penuh simpati dan empati.
D.
Manfaat Pendekatan Dan Teknik
Bimbingan Dan Konseling
Manfaat pendekatan teknik bimbingan
dan konseling yaitu :
1.
Membantu konselor
dalam menangani konseli, sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Juga Agar konseli memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Dan konseli mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.
Membantu konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan kemudahan kepada
konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
3.
Menolong konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap
yang dinyatakan konseli.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu
atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai
perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang
lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya.
Sedangkan
tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau
melakukan sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah Suatu cara yang
harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan
Konseling.
Manfaat
pendekatan teknik bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan
kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. Juga Menolong konseli memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan sikap-sikap
yang dinyatakan konseli.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.slideshare.net/wiyadnya/pendekatan-konseling-color?from_search=10#btnLast diunduh
tanggal02/12/2013-senin.
·
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 237
·
Ermis Suryana, Bimbingan dan
Konseling,(Palembang : Grafika Telindo Prees, 2010) hal. 89
·
Rusmaini, Bimbingan dan Konseling, (Palembang:
IAIN Raden Fatah Press, 2002) hal. 39
·
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar
Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 90, 96-98, 111, 112, 133, 142, 147,
169-180.
·
http://ainirzone.blogspot.com/2011/04/pendekatan-metode-dan-tehnik-bimbingan.html diunduh tanggal02/12/2013-senin.
·
http://www.scribd.com/doc/21901169/12/Fungsi-Pendekatan-Bimbingan-Dan-Konseling diunduh
tanggal02/12/2013-senin.
·
Prof.
dr. H. Tohari Musnamar, terbitan pustaka Pelajar, Yogyakarta, cetakan 1 Juli
2004
·
http://addardiri.blogspot.com/2012/05/pendekatan-dan-teknik-pelaksanaan.html diunduh tanggal 02/12/2013- Hari:
Senin
[2]. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 237
[3].
Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling, (Palembang :Grafika Telindo Prees, 2010)
hal. 89
[4].
Rusmaini, Bimbingan dan Konseling, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2002) hal.
39
[5].
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 90
[6].
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 96-98
[7].
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah, Cet.1,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 99
[8].
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 111
[9].
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 133
[10].
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan
Konseling di Sekolah,Cet.1, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 112
[11]. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar
Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 142
[12]. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar
Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 147
[13].
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal.
169-180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar