MAKALAH
DUNIA TASAWUF
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk
menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Materi PAI- 2 yang berjudul “DUNIA TASAWUF”.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan,oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
Dan semoga dengan selesainya makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.
Penulis
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada zaman sekarang banyak sekali
orang yang salah kaprah dalam mengartikan tasawuf. Bahkan ada yang mendoktrin
bahwa tasawuf adalah ilmu sesat dan sebagainya. Melihat dari latar belakang
masalah itu, penulis akan memaparkan sedikit tentang dunia tasawuf. Agar
pemahaman sesat atas ilmu tasawuf dapat sedikit mendapat pencerahan dan
pemahaman.
B.
BATASAN
MASALAH
Dikhawatirkan
akan melebarnya pembahasan dari judul yang penulis buat, maka penulis akan
membatasi penyajian ini hanya sebatas pengetahuan dasar tentang dunia tasawuf.
Yang meliputi pengertian, hukum, hakekat, tujuan, fungsi, landasan hukum, tahap
perkembangan dan pembagian tasawuf.
C.
RUMUSAN
MASALAH
Sebelum penulis paparkan makalah
dunia tasawuf, maka penulis akan merumuskan apa saja yang akan jadi pembahasan
dalam makalah ini :
1. Apa pengertian, hakekat, landasan
hukum, shukum mempelajari tasawuf?
2. Apa landasan hukum, sumber, tujuan
dan fungsi mempelajari tasawuf?
3. Bagaimana sistem pembinaan dan
ajaran-ajaran tasawuf akhlaqi?
4. Bagaimana pembagian ilmu tasawuf
dan penjabarannya?
5. Bagaimana tahap pertumbuhan dan
perkembangan tasawuf dalam dunia islam?
D.
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu :
1. Apa pengertian, hakekat dan hukum
mempelajari tasawuf?
2. Apa landasan hukum, sumber, tujuan
dan fungsi mempelajari tasawuf?
3. Bagaimana sistem pembinaan dan
ajaran-ajaran tasawuf akhlaqi?
4. Bagaimana pembagian ilmu tasawuf
dan penjabarannya?
5. Bagaimana tahap pertumbuhan dan
perkembangan tasawuf dalam dunia islam?
E.
METODE
PENGUMPULAN DATA
Dalam pembuatan makalah ini, metode
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan cara browsing. Setelah itu
hasil yang penulis dapatkan ditelaah terlebih dahulu sebelum penulis cantumkan
dalam makalah ini.
DUNIA TASAWUF
A.
PENGERTIAN
TASAWUF
1. Tasawuf Menurut Etimologi
Tasawuf berasal dari kata Shafa’
(صفا), berarti kemurnian (suci
bersih ibarat kaca). Shuf berarti pakaian dari bulu domba (wol). Sophos
(Yunani) bearti hikmah. Shaufanah berarti sebangsa buah-buahan yang
berbulu-bulu. Shaf berarti
paling depan. Dan kata Ash’shifatu karena para sufi sangat mementingkan
sifat-sifat terpuji.[1]
Lima
Rujukan Istilah Tasawuf menurut Syech Ahmad bin Muhammad bin Ajibah Al Hasani.
Yaitu :[2]
a. Tassawuf dari kata SHUFAH ( sehelai
bulu ) karena seorang sufi bersama Allah adalah seperti sehelai bulu yang
terlempar yang tidak mempunyai rencana apa - apa.
b. Tasawuf berasal daru shufa AL Qafa
( sehelai bulu dipunggung), karena kelembutanya, seorang sufi itu ringan dan
lembut seperti bulu.
c. Tassawuf berasal dari kata SIFAH (
ke indahan ).seorang sufi tersifati sifat sifat terpuji dan meninggalkan sifat
sifat tercela.
d. Tassafuf berasal dari kata SHAFAH
,bersih atau jernih.
e. Tassawuf berasal dari kata SHUFFAH
( koridor) Masjid Nabawi yang menjadi tempat para ahli shuffah.
2. Tasawuf Menurut Terminologi
Secara bahasa tasawuf diartikan
sebagai Sufisme (تصوف) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan
jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh
kebahagian yang abadi.
Define tasawuf menurut para ahli
yaitu :
a. Harun
Nasution, 1992: 58) : Ilmu
tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian,
saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan
mengikuti syari’at Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai
keridhaan-Nya.
b. An-Nuri :
Tasawuf bukanlah lukisan atau ilmu, tetapi akhlak. Bila merupakan
lukisan, tasawuf akan dapat dicapai dengan dasar kesungguhan. Bila merupakan
ilmu, tasawuf akan dapat dicapai dengan belajar. Akan tetapi, tasawuf hanya
akan dapat dicapai melalui akhlak, yaitu akhlak Allah. Pada diri seseoarang
tidak akan dapat diterima akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui ilmu dan
lukisan.
c. Dr. Ibrahim Hilal : Tasawuf adalah memilih jalan hidup zuhud, menjauhkan
diri dari perhiasan hidup dalam segala bentuknya. Seperti ibadat, wirid dan
lapar, berjaga diwaktu malam dengan memperbanyak sholat dan wirid, sehingga
lemahlah unsur jasmani dalam diri seorang dan semakin kuatlah unsur
kerohaniannya.
Jadi
tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan umat manusia dan selalu bersikap bijak sana. Dengan cara ini akan
mudah bagi manusia menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang mulia,
ber-taqarrub dan ber-musyahadah dengan Allah SWT.
3. Klasifikasi Definisi Tasawuf
Definsi
tasawuf diklasifikasikan ke dalam tiga carian yang menunjukkan elemen-elemen. Yakni: Al-bidayah, Al-Mujahadah, Al-Mazaqat.[3]
a.
Elemen pertama Al-bidayah : Sebagai unsur
dasar. Secara fitri manusia sadar dan mengakui bahwa semua yang ada ini tidak
dapat menguasai dirinya sendiri. Di balik yang ada terdapat realitas mutlak.
Elemen ini disebut sebagai tahap kesadaran tasawuf. Contoh: Definisi yang
dikemukakan oleh Ma’ruf al-Karkhi:
“Tasawuf adalah mencari hakikat, dan memutuskan apa yang ada pada tangan
makhluk.”
b.
Elemen kedua Al-Mujahadah
: Sebagai unsur
perjuangan keras. Jarak manusia dan realitas mutlak adalah untuk mengatasi
semua yang ada. Bukan jarak fisik dan penuh rintangan serta hambatan. Adalah
kesungguhan dan perjuangan keras untuk dapat menempuh jalan dan jarak tersebut
dengan cara menciptakan kondisi tertentu untuk dapat mendekatkan diri kepada
Realitas Mutlak.
c.
Elemen ketiga Al-Mazaqat
: Tahap Akhir.
Dia akan dapat berkomunikasi dan berada sedekat mungkin di hadirat-Nya serta
akan merasakan kelezatan spiritual yang didambakan.
B.
HAKIKAT
DAN HUKUM MEMPELAJARI TASAWUF
1. Hakikat Tasawuf
Hakikat tasawuf menurut Haidah Bagir, ( 1999: 7) yaitu Upaya
para ahlinya untuk mengembangkan semacam disiplin (riyadhah), spiritual, psikologis, keilmuan, dan jasmaniah yang
dipercayai mampu mendukung proses penyucian jiwa atau hati sebagaimana
diperintahkan dalam kitab suci.
2. Hukum Mempelajari Tasawuf
Hukum mempelajari tasawuf menurut
para ahli dan ulama. Yaitu :[4]
a.
Imam al-Ghazali
berkata : "Hukum mempelajari tasawuf adalah fardu ain kerana manusia tidak sunyi dari pada aib atau kekurangan
kecuali para anbia.”
b.
Syeikh Al-Syazili berkata : "Siapa tidak mempelajari ilmu
ini, nescaya dia mati dalam dosa besar
yang tidak disedarinya.”
c.
Syeikh
Dahlan al-Kadiri ( Kitab : Siraj al-Talibin ) menyatakan bahawa : “Hukum
belajar tasawuf adalah wajib 'ain
pada setiap orang mukalaf. Ini kerana sebagaimana wajib islah yang zahir,
begitu juga islah yang batin. Imam Malik mengungkap "Siapa mempelajari
tasawuf tanpa fiqah, dia kafir zindik. Siapa mempelajari fiqah tanpa tasawuf,
dia fasiq. Siapa mempelajari kedua-duanya nescaya dia tahkik (benar)."
d.
Ibn 'Ajibah berkata : "Orang yang mempelajari tasawuf tanpa fiqah menjadi kafir zindik kerana dia mengucap dengan cara terpaksa tanpa
mengetahui hikmah dan hukum-hukumnya. Manakala orang yang belajar fiqah saja tanpa tasawuf menjadi fasiq kerana dia beramal tanpa
memberikan sepenuh tumpuan, hati dan perasaannya kepada Allah. Ini menyebabkan
amalannya tidak ikhlas.”
C.
LANDASAN
HUKUM DAN SUMBER TASAWUF
a. AL- Qur’an
Surat Al – Imron [3] : 31
b. AL- Qur’an
Surat Al - Ahzab [33] : 41 – 42
c. AL- Qur’an
Surat Al – Baqoroh [2] : 115 dan 186
d. AL –Qur’an Surat Qof [50] : 16
2. Sumber Tasawuf.[6]
a. Prof. DR.
HAMKA menyimpulkan: ”Tassawuf islam tumbuh sejak tumbuhnya agama
islam itu sendiri. Bertumbuh didalam jiwa pendiri islam itu sendiri, Yaitu nabi
Muhammad Saw.
b. Syekh
Ahmad bin Muhammad bin ‘Ajibah al Hasani mengatakan : “Ilmu Tassawuf bersumber dari Al Qur’an, Sunnah, Ilham orang orang
salih dan riwayat dari para ‘arif.”
D.
TUJUAN DAN FUNGSI ILMU TASAWUF
1.
Tujuan Mempelajari Tasawuf
a.
Untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari
Tuhan.
b.
Menyucikan jiwa demi tercapainya kesempurnaan dan
kebahagian hidup.[7]
c.
Untuk membolehkan seorang hamba mengenali-Nya
berdasarkan ayat-ayat (bukti-bukti) yang ditunjukkan-Nya.
d.
Untuk mendidik hati dan untuk mengenali (makrifat)
Allah Yang Maha Mengetahui.[8]
2.
Fungsi Ilmu Tasawuf
a.
Menguatkan kesucikan batin bermusyahadah dengan
Allah.
b.
Penghubung antara ilmu tasawuf dengan aspek batin
manusia seperti hubungan Fiqh dengan aspek lahiriyah manusia.
c.
Sebagai pembersih dan pensuci hati dan jiwa.
d.
Ibn 'Ajibah berkata : "Hasil mempelajari tasawuf adalah untuk
melepaskan diri daripada runtunan hawa nafsu, memelihara hati daripada sifat
keji dan berakhlak dengan akhlak yang mulia.”
E.
SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
Sejarah tasawuf dimulai dengan Imam
Ja’far Al Shadiq ibn Muhamad Bagir ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain ibn Ali ibn
Abi Thalib. Imam Ja’far juga dianggap sebagai guru dari keempat imam Ahlul Sunah
yaitu Imam Abu Hanifah, Maliki, Syafi’i dan Ibn Hanbal.[9]
Menurut HM.
Amin Syukur, (1999 : 30-41) periodesasi perkembangan tasawuf dibagi dalam
beberapa Periodesasi Perkembangan.
Yaitu :
1. Masa
Pembentukan : Masa abad ke- I Hijriyah bagian kedua dibentuk oleh Hasan Basri. Beliau membawa ajaran kahuf dan raja’. tasawuf awal ini memiliki karakter tersendiri.
2.
Masa Pengembangan : Pada abad ke- III dan IV H.
Tasawuf ini bercorak kefana’an (ekstase)
yang menjerumus ke persatuan hamba dengan Khalik.
3.
Masa Konsolidasi : Terjadi pada abad ke-5H. Masa ini
ditandai dengan kompetisi dan pertarungan antara tasawuf semi Falsafi dengan tasawuf Sunni.
4.
Masa Falsafi : Setelah tasawuf falsafi mendapat halaman dari tasawuf Sunni, maka pada abad ke- 6H, tampillah tasawuf falsafi.
5.
Masa Pemurnian : Setelah tasawuf dianggap sudah
menyeleweng dari ajaran islam dan terjadi pengkultusan terhadap wali - wali.
F. SISTEM PEMBINAAN DAN AJARAN - AJARAN
TASAWUF AKHLAQI
Sistem Pembinaan Tasawuf dan ajaran
– ajaran tasawuf akhlaqi menurut HM. Amin Syukur, ( 2002 : 166-186 ) melalui
tiga jenjang yaitu :
1.
Takhalli : Usaha mengosongkan dan membersihkan diri
dari prilaku, akhlak dan sifat tercela juga dari kotoran dan penyakit hati yang
berhubungan dengan kenikmatan duniawi. Seperti: Hirshu (keinginan yang berlebih-lebihan terharap masalah
keduniawiaan), hasud (iri dan
dengki), takabbur
(keseombongan), ghadhab
(marah), riya’ dan sum’ah, ujub, dan syirik.
2.
Tahalli : Upaya mengisi dan menghias diri sekaligus
membiasakan diri dengan akhlak, sifat dan sikap perbuatan yang baik, berusaha
agar dalam setiap gerak dan perilaku selalu berjalan di atas ketentuan agama.
Seperti: Tauhid, taubah, zuhud, cinta (hubb),
Cemas dan harap (khauf dan raja’), wara’,
sabar, faqr, syukur, muraqabah dan muhasabah, ridha,
tawakkal.
3.
Tajalli : Lenyap atau hilangnya hijab dari sifat
kemanusiaan (basyariyah) atau
terangnya nur yang selama itu bersembunyi (ghaib), atau fana’ segala sesuatu (selain Allah) ketika nampak
wajah Allah. Pencapaaian tajalli melalui
pendekatan rasa atau dzauq
dengan alat qalb (hati nurani).
Qalb menurut sufi mempunyai
kemampuan lebih apabila dibandingkan dengan kemampuan akal.
Jadi Menurut
HM. Amin Syukur, (2002 : 165) Inti
dari ajaran tasawuf adalah
pencapaian kesempurnaan serta kesucian jiwa. kebersihan jiwa yang dimaksud
adalah merupakan hasil perjuangan (mujahadah) yang tak henti-hentinya, sebagai
cara perilaku perorangan yang terbaik dalam mengontrol diri pribadi, setia dan
senantiasa merasa di hadapan Allah SWT.
Imam
al-Ghazali mengibaratkan
hati atau jiwa manusia itu sebagai cermin yang mengkilap. dan dapat saja
menjadi hitam pekat. Jika tertutup oleh noda hitam maksiat dan dosa yang
diperbuat manusia. Jika manusia mampu menghilangkan titik-titik noda dan
menjaga kebersihannya, cermin akan mudah menerima apa-apa yang bersifat suci
dari pancaran Nur illahi, dan
bahkan lebih dari itu. Ia akan memiliki kekuatan yang besar dan luar biasa. Dan
cara pencapaian dengan latihan -
latihan mental yang diformulasikan dalam bentuk pengaturan sikap mental yang
benar dan disiplin serta tingkah laku yang ketat. (HM. Amin Syukur, 2002:166).
G.
PEMBAGIAN
ILMU TASAWUF DAN PENJABARAN TASAWUF
Menurut HM. Amin
Syukur, (2002 : 43) dalam bukunya. Ilmu tasawuf dikelompokkan menjadi dua.
Yaitu :
a. Tasawuf
Ilmi (Nadhari ): Tasawuf
yang bersifat teoritis.
b. Tasawuf
Tamali (Tathbiqi) : Ajaran tasawuf yang praktis, tidak hanya teori
belaka, tetapi menuntut adanya pengamalan dalam rangka mencapai tujuan tasawuf.
Sedangkan
dalam buku Pengantar Studi Islam, HM Amin Syukur (2000: 164). Tasawuf
dikelompokkan menjadi tiga. Pembagi tasawuf menjadi tiga hanya dalam kajian
akademik. Secara dikotomik maupun dalam prakteknya ketiganya tidak bisa
dipisahkan. Diantaranya yaitu :
1. Tasawuf Akhlaqi: Kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada
pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat. Guna
mencapai kebahagaiaan yang optimal, manusia harus lebih dahulu
mengidentifikasikan eksistensi dirinya. Ciri-cirinya : Kebutuhan pensucian jiwa
raga bermula dari pembentukan pribadi yang bermoral paripurna dan berakhlak
mulia, yang dalam ilmu tasawuf biasa dikenal dengan takhalli (pengosongan).
2. Tasawuf amali: bagaimana cara mendekatkan diri
kepada Allah.Tasawuf amali berkonotasi thariqah, dimana dalam
thariqah dibedakan antara kemampuan sufi yang satu dari pada yang lain.
3. Tasawuf falsafi: memadukan antara visi mistis dan
visi rasional penggagasnya. Terminologi filosofis yang digunakan berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun
orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang.
H. TAHAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF DALAM DUNIA ISLAM
1.
Tahap
Zuhud (Asketisme)
Tahap awal perkembangan tasawuf
dimulai pada akhir abad ke-1H sampai kurang lebih abad ke-2H. Gerakan zuhud
pertama kali muncul di Madinah, Kufah dan Basrah kemudian menyebar ke Khurasan
dan Mesir. Awalnya merupakan respon terhadap gaya hidup mewah para pembesar
negara akibat dari perolehan kekayaan melimpah setelah Islam mengalami
perluasan wilayah ke Suriah, Mesir, Mesopotamia dan Persia. Tokoh – tokoh
berdasarkan perkembangannya. Yaitu :
a.
Madinah
: Dari kalangan sahabat Nabi Muhammad Saw. Abu Ubaidah Al Jarrah (w. 18 H); Abu
Dzar Al Ghiffari (W. 22 H); Salman Al Farisi (W.32 H); Abdullah ibn Mas’ud (w.
33 H); Kalangan satu genarasi setelah masa Nabi (Tabi’in) diantaranya: Said ibn
Musayyab (w. 91 H); dan Salim ibn Abdullah (w. 106 H).
b.
Basrah
: Hasan Al Bashri (w. 110 H); Malik ibn Dinar (w. 131 H); Fadhl Al Raqqasyi,
Kahmas ibn Al Hadan Al Qais (w. 149 H); Shalih Al Murri dan Abul Wahid ibn Zaid
(w. 171 H).
c.
Kufah
: Al Rabi ibn Khasim (w. 96 H); Said ibn Jubair (w. 96 H); Thawus ibn Kisan (w.
106 H); Sufyan Al Tsauri (w.161 H); Al Laits ibn Said (w. 175 H); Sufyan ibn
Uyainah (w. 198 H).
d.
Mesir
: Salim ibn Attar Al Tajibi (W. 75H); Abdurrahman Al Hujairah ( w. 83 H); Nafi,
hamba sahaya Abdullah ibn Umar (w. 171 H).
Pada masa-masa terakhir tahap ini,
muncul tokoh-tokoh yang dikenal sebagai sufi sejati. Diantaranya: Ibrahim ibn
Adham (w. 161 H); Fudhail ibn Iyadh (w. 187 H); Dawud Al Tha’i (w. 165 H) dan
Rabi’ah Al Adawiyyah.
2. Tahap
Tasawuf ( Abad ke 3 dan 4 H )
Pada paruh pertama abad ke- 3H Zuhud diganti dengan tasawuf. Ajaran para sufi
tidak lagi terbatas pada amaliyah (aspek
praktis), berupa penanaman akhlak, tetapi sudah masuk ke aspek teoritis (nazhari) dengan memperkenalkan
konsep-konsep dan terminologi baru yang sebelumnya tidak dikenal. Seperti: Maqam, Hal, Ma’rifah, Tauhid (dalam makna
tasawuf yang khas), Fana, Hulul dan lain- lain.
Lima Karakteristik Tahap Tasawuf menurut Haidar
Bagir, ( 2006 : 101 ).[10]
Yaitu:
a. Pertama : Peningkatan Moral, berkaitan dengan jiwa dengan ciri-ciri psikologi
manusia itu sendiri.
b. Kedua : Pengetahuan Intuitif
secara langsung (marifat). Merupakan prinsip Epistimologis yang membedakan
tasawuf dengan filsafat.[11]
c. Ketiga : Pemenuhan
Fana (Sirna) dalam realitas
mutlak. Dengan menempuh latihan-latihan fisik dan psikis. Fana dapat
didefinisikan sebagai ketiadaan diri di dalam Allah. Menjadikan sifat - sifat
baik Allah, bukan eksistensi, sebagai ganti sifat-sifat manusiawi yang rendah.[12]
d. Keempat : Ketentraman, Kebahagiaan. Merupakan karakteristik
khusus berbagai dorongan hawa nafsu, serta pembangkit keseimbangan psikis pada
diri seorang sufi. Dengan sendirinya, tujuan tersebut akan membuat sang sufi
terlepas dari semua rasa takut dan merasakan ketentraman jiwa dan kehahagiaan
dirinya pun terwujudkan.
e. Kelima : Pemakaian simbol-simbol dalam mengungkapkan
hakikat realitas-realitas tasawuf. Simbol ini merupakan ungkapan-ungkapan yang
di pergunakan sufi mengandung dua pengertian. Pertama : Pengertian yang digali dengan analisa dan pendalaman.
Kedua : Hampir sepenuhnya tetutup bagi yang bukan sufi dan
sulit untuk dapat memahami maksud tujuan mereka.[13]
Tokoh – tokoh pada tahap tasawuf diantaranya yaitu : Ma’ruf Al Kharkhi (w. 200 H),
Abu Sulaiman Al Darani (w. 254 H), Dzul Nun Al Mishri (w. 254 H) dan Junaid Al
Baghdadi. Pada masa tahap
tasawuf, muncul para sufi yang mempromosikan tasawuf yang berorientasi pada
“kemabukan” (sukr). Yakni: Al Hallaj dan
Ba Yazid Al Busthami. Ajarannya: Bercirikan pada ungkapan-ungkapan ganjil
yang sering kali sulit untuk dipahami dan terkesan melanggar keyakinan umum
kaum muslim. Seperti “Akulah kebenaran” (Ana Al Haqq) atau
“Tak ada apapun dalam jubah-yang dipakai oleh Busthami selain Allah” (mâ fill
jubbah illâ Allâh). Jika di Indonesia dikenal dengan Syekh Siti Jenar dengan
ungkapannya “Tiada Tuhan selain Aku”.
3. Tahap
Tasawuf Falsafi ( Abad
ke - 6 H )
Tasawuf
Falsafi Merupakan perpaduan antara pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan
secara rasional - filosofis. Ibn Arabi
merupakan tokoh utama aliran ini, disamping juga Al Qunawi, muridnya. Sebagian
ahli juga memasukan Al Hallaj dan Abu
(Ba) Yazid Al Busthami dalam aliran ini.
Aliran
Tasawuf Falsafi kadang disebut juga dengan Irfan (Gnostisisme). Karena orientasinya pada pengetahuan (ma’rifah atau genosis) tentang Tuhan
dan hakikat segala sesuatu. Para pengkaji tasawuf filosofis berpendapat bahwa: “Perhatian para penganut tasawuf filosofis
terutama diarahkan untuk menyusun teori - teori wujud dengan berlandaskan rasa (dzauq),
yang merupakan titik tolak tasawuf ini.”
Ada empat Karakteristik pada tasawuf filosofis.
Diantaranya yaitu :
1. Latihan
ruhaniah dengan rasa, intuisi, serta introspeksi diri yang timbul darinya.
2. Iluminasi
atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib.
3. Peristiwa-peristiwa
dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan
atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan
ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syahahiyat). Dalam
hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui, atau
menginterpretasikannya.[14]
4. Tahap
Tasawuf Moderat (
Sunni )
Tasawuf
Sunni tumbuh dan berkembang pada Abad
ke- 5H. sedangkan aliran yang kedua ( semi-filosofis
) mulai tenggelam. Hal itu disebahkan oleh berjayanya aliran Ahli sunnah Wal-
Jama’ah. Tasawuf pada era ini cenderung mengadakan pembaharuan dengan
mengembalikannya ke landasan Al-Qu’ran dan As-Sunnah.
5. Tahap
Tarekat ( Abad ke- 7H dan seterusnya )
Tarekat telah dikenal sejak dulu.
Seperti tarekat Junaidiyyah yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al
Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah yang didirikan oleh Abu Hasan Ibn Muhammad
Nuri (w. 295 H). Baru pada masa-masa ini tarekat berkembang dengan pesat. Perkembangan pada tahap tarekat :
a.
Tarekat
Qadiriyyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Al Jilani (w. 561H) dari Jilan
(Wilayah Iran sekarang);
b.
Tarekat
Rifa’iyyah didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578H);
c.
Tarekat
Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al Suhrawardi (w. 563 H);
d.
Tarekat
Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas, tarekat ini sekarang telah
memiliki banyak variasi. mulanya didirikan di Bukhara oleh Muhammad Bahauddin
Al Uwaisi Al Bukhari Naqsyabandi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
pemaparan makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Tasawuf yaitu sikap
mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela
berkorban untuk kebaikan umat manusia dan selalu bersikap bijak sana. Dengan
cara ini akan mudah bagi manusia menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang
mulia, ber-taqarrub dan ber-musyahadah dengan Allah SWT.
2.
Hakekat
tasawuf yaitu Upaya para ahlinya untuk mengembangkan semacam disiplin (riyadhah), spiritual, psikologis,
keilmuan, dan jasmaniah yang dipercayai mampu mendukung proses penyucian jiwa
atau hati sebagaimana diperintahkan dalam kitab suci
3.
Hukum
mempelajari tasawuf menurut para ulama adalah fardu Ain selama tidak keluar
dari koridor landasan hukum Al-Qur’an dan Al- Hadits.
4.
Pembagian
ilmu tasawuf ada tiga yaitu : Tasawuf Akhlaqi, Tasawuf Amali, dan Tasawuf
Falsafi.
5.
Tahap
perkembangan tasawuf ada lima yaitu : Tahap Zuhud, Tahap Tasawuf, Tahap Tasawuf
Falsafi, Tahap tasawuf moderat ( Sunni ), dan tahap Tarekat.
B. SARAN
Setelah
penulis simpulkan, penulis berharap kita semua tidak salah kaprah lagi tentang
pembahasan ilmu tasawuf. Karena tentu akan sangat berbahaya jika kita masih
mendoktrin ilmu tasawuf sebagai ilmu sesat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. http://guzzaairulhaq.wordpress.com/samudera-tasawuf/arti-asal-usul-dan-manfaat-tasawuf-dalam-islam/
=> Browsing pada hari Senin, 07
Oktober 2013.
[11] Menurut analisis
Ghozali, ada perbedaan krusial-krusial antara pengetahuan dengan ma’rifat.
Dalam hal ini, Ghozali membuat ilustrasi bahwa jika ilmu itu bagaikan melihat
api ( karu’yatin nar), sedangkan ma’rifat bagaikan tenggelam langsung dalam
kobaran api tersebut ( ka al-ishthilai biha). Lihat Abu Hamid AL-Ghozali,
Raudhat AL-Thalibin, ( Libanon Beirut ) Hal. 54
[13] Bahasa symbol ini bukan hanya berlaku dalam dunia
sufi di timur, tapi juga pada mistikus di Barat. Lihat Idries shah, the sufis,
( London: The Octogen Press, 1989)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar